Memposisikan kata "basyar" dan "insan"
Nabi Adam, sesuai sebutannya, dipastikan sebagai Nabi Pertama dalam sejarah kenabian, tetapi ia bukan manusia pertama dalam sejarah kemanusiaan. Kenyataan ini dapat dilihat dalam indikasi Alquran ketika kata "basyar" dan "insan" yang secara bahasa sama-sama diartikan "manusia", tetapi penggunaan antara keduanya memiliki arti yang berbeda. Kata "basyar" lebih merujuk kepada arti manusia secara umum, manusia bilologis, tetapi kata "insan" lebih merujuk kepada arti manusia secara khusus, yaitu manusia berbudaya dan berperadaban. Sehingga, setiap "insan" adalah "basyar", tetapi tidak setiap "basyar" itu "insan. "Basyar" memiliki bentuk yang statis (jamidah), sementara "insan" adalah kata yang dinamis (mutasharrifah).
Dalam Alquran, kata "Insan" digunakan lebih kepada manusia yang berperadaban tinggi (laqad khalaqna al-insan fi ahsani taqwim) karena faktor intelektual dan spiritual, ketimbang "basyar" yang tidak lebih dari hanya sebatas faktor fisikal. Manusia pertama (baca:primitif) masuk dalam kategori "basyar", sedangkan manusia "modern" masuk dalam kategori "insan". Oleh karena itu, "insan" tidak digunakan kecuali pada manusia yang mendapatkan tanggungjawab tauhid dan ibadah, dalam hal ini dimulai dengan keberadaan Nabi Adam. Beban agama yang diberikan kepada Adam sebagai Nabi adalah karena sifat ke-insaniah-annya, bukan ke-basyariah-annya. Maka, kemunculan Nabi Adam adalah simbol kemunculan pertama bagi "insan", dan tidak berkaitan dengan "basyar". Dalam konteks ini, Nabi Adam merupakan bapaknya manusia, "abu al-insan", bukan "abu al-basyar". Adam berbeda dengan Nabi Adam, dan sebelum muncul Nabi Adam, sudah ada "adam"-"adam" sebelumnya, dan kita termasuk "turunan adam" (bani Adam). Wallahu a'lam
0 komentar:
Post a Comment